Berita

Trauma dan KDRT: Penyebab Meningkatnya Tren Childfree di Indonesia?

Fenomena childfree, atau pilihan untuk tidak memiliki anak, semakin mendapat perhatian di Indonesia. Meskipun angkanya masih relatif kecil, perlu dipahami faktor-faktor yang mendorong pasangan untuk memilih gaya hidup ini. Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, baru-baru ini mengungkapkan beberapa penyebab utama berdasarkan data dan observasi lapangan.

Berbagai faktor kompleks melatarbelakangi pilihan childfree. Bukan sekadar tren, melainkan pilihan hidup yang didasari oleh pertimbangan pribadi yang mendalam.

Trauma Masa Lalu sebagai Penyebab Utama

Trauma masa lalu, khususnya terkait kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), menjadi faktor dominan yang mendorong pasangan memilih untuk tidak memiliki anak.

Ketakutan akan pengulangan siklus kekerasan pada generasi berikutnya menjadi pertimbangan utama. Mereka ingin melindungi anak-anak mereka dari trauma yang pernah mereka alami.

Faktor Kesehatan dan Pertimbangan Ekonomi

Selain trauma, masalah kesehatan juga menjadi pertimbangan penting. Kondisi kesehatan pasangan, baik pria maupun wanita, dapat menjadi penghalang untuk memiliki anak.

Pertimbangan ekonomi juga turut berperan. Membesarkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pasangan yang merasa tidak mampu secara finansial mungkin memilih untuk tidak memiliki anak.

Masalah Kesehatan Reproduksi

Kesulitan untuk hamil atau risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan juga dapat membuat pasangan memilih untuk childfree.

Kondisi kesehatan yang kronis atau penyakit tertentu dapat membatasi kemampuan pasangan untuk memiliki dan membesarkan anak.

Angka Childfree di Indonesia dan Dampaknya

BKKBN mencatat angka fenomena childfree di Indonesia masih sangat rendah, kurang dari 0,01 persen.

Namun, data BPS tahun 2023 menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni sekitar 8 persen perempuan Indonesia yang memilih childfree, atau setara dengan 71.000 perempuan. Sebagian besar berasal dari Pulau Jawa.

Meskipun angka tersebut masih relatif kecil, BKKBN tetap waspada terhadap potensi dampaknya terhadap angka fertilitas nasional.

Pemerintah perlu memastikan angka kelahiran di setiap daerah merata, mengingat angka pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,1 persen dengan TFR 2,11 persen. Angka ini dinilai ideal, namun tetap perlu pengawasan.

Kesimpulan

Pilihan childfree merupakan keputusan pribadi yang kompleks dan dipengaruhi berbagai faktor. Trauma masa lalu, masalah kesehatan, dan pertimbangan ekonomi menjadi beberapa penyebab utama. Meskipun angkanya masih relatif kecil, pemahaman yang komprehensif terhadap fenomena ini penting untuk perencanaan pembangunan kependudukan yang berkelanjutan di Indonesia.

Pemerintah perlu mengimbangi upaya peningkatan angka kelahiran dengan memberikan dukungan dan layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif bagi masyarakat, serta menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua pilihan gaya hidup.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button