Serangan Bom Bunuh Diri ISIS Guncang Gereja Damaskus, 20 Jiwa Melayang

Sebuah serangan bom bunuh diri yang mengerikan mengguncang Gereja Saint Elias di kawasan Dwelaa, Damaskus, Suriah pada Minggu, 22 Juni. Serangan ini mengakibatkan korban jiwa yang sangat tragis: 20 orang tewas dan 52 lainnya mengalami luka-luka. Kementerian Dalam Negeri Suriah secara resmi menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh anggota kelompok teroris ISIS.
Menurut keterangan Kementerian Dalam Negeri Suriah yang dikutip oleh AFP, pelaku serangan memasuki gereja sambil membawa senjata api. Ia melepaskan tembakan sebelum akhirnya meledakkan dirinya menggunakan sabuk peledak. Aksi brutal ini menyebabkan kepanikan dan kekacauan di dalam gereja yang saat itu dipenuhi jemaat, termasuk anak-anak dan lansia.
Seorang saksi mata, Lawrence Maamari, menceritakan bagaimana pelaku masuk ke dalam gereja sambil menembak. “Orang-orang mencoba menghentikannya sebelum dia meledakkan dirinya sendiri,” ujarnya. Ziad, seorang warga berusia 40 tahun yang berada di toko dekat gereja, mendengar suara tembakan yang diikuti oleh ledakan dahsyat. “Kami melihat api di dalam gereja, dan bangku-bangku kayu terpental hingga ke pintu masuk,” kisahnya.
Kesaksian lain menggambarkan suasana mencekam di dalam gereja yang penuh sesak. Banyak orang dilaporkan hilang, dan keluarga-keluarga mereka panik mencari keberadaan mereka di tengah kepungan kepanikan dan puing-puing. Kejadian ini menjadi gambaran nyata betapa mengerikannya dampak serangan terorisme terhadap masyarakat sipil.
Kecaman Internasional dan Respons Pemerintah Suriah
Serangan ini menuai kecaman internasional yang meluas. Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, menyebut serangan tersebut sebagai “kejahatan keji” dan menyerukan penyelidikan menyeluruh serta tindakan tegas dari pihak berwenang Suriah. Prancis, melalui Kementerian Luar Negeri-nya, juga mengecam keras serangan terorisme ini dan menegaskan kembali dukungannya terhadap transisi damai di Suriah yang menjamin keamanan dan perdamaian bagi semua warga negara, tanpa memandang agama.
Pemerintah Suriah sendiri menyebut serangan ini sebagai “upaya putus asa untuk merusak keharmonisan nasional dan menstabilkan negara.” Menteri Dalam Negeri Suriah, Anas Khattab, menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan mengumumkan bahwa tim khusus kementeriannya telah memulai investigasi. Ia menegaskan bahwa aksi terorisme tidak akan menghentikan upaya negara untuk mencapai perdamaian sipil.
Dalam wawancara sebelumnya, Khattab menyatakan bahwa ISIS kini berfokus pada serangan “terukur” ke target strategis, termasuk komunitas Kristen dan Syiah. Ia juga mengungkapkan bahwa otoritas Suriah telah berhasil menggagalkan beberapa rencana serangan serupa. Ini menunjukkan bahwa ancaman terorisme masih terus ada dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dari pihak berwenang.
Ancaman Terorisme yang Berkelanjutan
ISIS, yang pernah menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak, telah dikalahkan secara militer pada tahun 2019. Namun, sisa-sisa jaringan ISIS masih aktif, terutama di wilayah gurun Suriah. Serangan bom bunuh diri di Gereja Saint Elias menjadi bukti nyata bahwa ancaman kelompok ekstremis belum sepenuhnya berakhir.
Serangan ini juga menyoroti tantangan keamanan yang besar bagi pemerintahan baru Suriah yang sedang dalam masa transisi. Perlu upaya yang lebih besar dan terkoordinasi untuk memberantas terorisme dan memastikan keamanan bagi seluruh warga Suriah. Kejadian ini menekankan pentingnya kerjasama internasional dalam memerangi ekstremisme dan menciptakan perdamaian berkelanjutan di Suriah.
Kesimpulannya, serangan bom bunuh diri di Damaskus merupakan tragedi yang mengerikan dan menyoroti ancaman terorisme yang berkelanjutan di Suriah. Kejadian ini menuntut respons yang kuat dari komunitas internasional dan upaya berkelanjutan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut. Dukungan internasional dan kerja sama yang efektif sangat krusial untuk mengatasi masalah kompleks ini.