Rahasia Sukses IKEA: Museum Ungkap Naik Turun Bisnis Raksasa

Kota kecil Älmhult di Swedia Selatan menyimpan rahasia besar di balik kesuksesan salah satu merek furnitur ternama dunia: IKEA. Dari desa kecil ini, sebuah kerajaan bisnis global dibangun. Kini, sejarah panjang IKEA diabadikan dalam sebuah museum megah di Älmhult, tempat kita bisa menelusuri perjalanan sukses dan kegagalannya.
Liputan6.com berkesempatan mengunjungi Museum IKEA selama Democratic Design Days 2025 di Älmhult. Museum ini menghadirkan perjalanan waktu, membawa pengunjung kembali ke era 1950-an, saat Ingvar Kamprad, seorang pemuda visioner berusia 17 tahun, memulai bisnisnya.
Museum IKEA: Mengupas Rahasia Desain Demokratis
Museum IKEA memamerkan proses kreatif di balik setiap produknya. Prosesnya unik dan berbeda dari kebanyakan perusahaan furnitur lainnya.
“Kami tidak memulai dari meja desain,” jelas salah satu staf museum. Tim IKEA terjun langsung ke rumah-rumah penduduk, mengamati, dan mendengarkan kebutuhan mereka secara langsung.
Pendekatan ini menjadi landasan filosofi Desain Demokratis IKEA. Lima prinsip utama menjadi pilarnya: harga terjangkau, kualitas, fungsi, estetika, dan keberlanjutan.
Kelima unsur ini harus seimbang. Jika salah satu kurang, produk tidak akan dipasarkan. Hal ini menunjukkan komitmen IKEA terhadap kualitas dan kepuasan pelanggan.
Dari Kegagalan Menuju Inovasi: Pelajaran Berharga IKEA
Museum ini tak hanya memajang kesuksesan IKEA. Ia juga dengan jujur menampilkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami perusahaan.
Salah satu contohnya adalah sofa udara era 90-an. Konsepnya menarik: ringan, fleksibel, dan mudah dikemas. Namun, instruksi pengguna yang membingungkan menyebabkan banyak pelanggan merusak sofanya.
Alih-alih menyembunyikan kegagalan, IKEA justru menjadikan ini pelajaran berharga. Kegagalan dianggap sebagai bagian penting dari proses kreatif.
“Kami mendorong tim untuk berani gagal,” ujar seorang manajer di Älmhult. Inovasi sesungguhnya lahir dari pengalaman dan pembelajaran dari kesalahan.
Jejak Ingvar Kamprad: Dari Anak Desa Hingga Raja Furnitur
Kisah IKEA tak lepas dari sosok pendirinya, Ingvar Kamprad. Ia lahir pada tahun 1926 dari keluarga sederhana di pedesaan Swedia Selatan.
Didikan ibunya, Berta, dan neneknya, Franziska, membentuk karakternya yang hemat, mandiri, dan kreatif. Pengalamannya membantu kakeknya berjualan barang-barang kecil sejak usia 10 tahun.
Ia belajar kerja keras dan efisiensi dari ayahnya. Ingvar kecil sudah berbisnis kecil-kecilan, menjual berbagai barang. Ia bahkan menggunakan sepeda untuk memperluas jangkauan penjualannya.
Dari sinilah jiwa bisnisnya diasah. Ia mempelajari pentingnya efisiensi dan harga yang terjangkau. Keuletan dan kegigihannya membawanya ke puncak kesuksesan.
Pada tahun 1943, di usia 17 tahun, Ingvar mendirikan IKEA. Nama IKEA merupakan singkatan dari namanya, nama pertanian keluarga, dan nama desanya.
Awalnya, IKEA menjual barang-barang kecil lewat pesanan pos. Ingvar memiliki visi untuk memangkas rantai distribusi dan menawarkan produk langsung kepada pelanggan dengan harga serendah mungkin.
Visi sederhana ini kemudian merevolusi industri furnitur. IKEA tidak hanya menjual produk, tetapi juga menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan dan terjangkau.
IKEA sekarang telah hadir di lebih dari 50 negara. Perusahaan ini melayani jutaan pelanggan di seluruh dunia setiap tahunnya.
Museum IKEA di Älmhult bukan sekadar tempat pameran furnitur. Ia merupakan testimoni perjalanan panjang seorang anak desa yang membangun kerajaan furnitur global. Kisah IKEA mengajarkan kita tentang pentingnya inovasi, keberanian menghadapi kegagalan, serta komitmen terhadap desain yang demokratis dan berkelanjutan. Perjalanan inspiratif ini patut menjadi pembelajaran bagi para pebisnis di seluruh dunia.