Editorial

Puskesmas Yogyakarta: Akses Ramah Transpuan ODHA Hapus Stigma

Kisah Yulaiha (bukan nama sebenarnya), seorang transpuan ODHIV (Orang Dengan HIV), menggambarkan perjuangan panjang akses layanan kesehatan yang ramah dan inklusif. Pengalaman pahitnya di rumah sakit Yogyakarta tahun 2007 menjadi kontras dengan pelayanan yang diterimanya saat ini. Perbedaan ini menyoroti kemajuan signifikan dalam pendekatan kesehatan terhadap kelompok rentan, khususnya transpuan ODHIV.

Perubahan signifikan dalam akses layanan kesehatan bagi ODHIV di Yogyakarta, khususnya bagi transpuan, menunjukkan pentingnya pendekatan holistik dan anti-diskriminasi. Kisah Yulaiha dan lainnya menginspirasi perubahan positif yang terjadi dalam sistem layanan kesehatan di Indonesia.

Pengalaman Pahit dan Perjuangan Panjang Akses Layanan Kesehatan

Pada 2007, Yulaiha mengalami diare berat dan dirawat di rumah sakit Yogyakarta. Selama seminggu, ia hanya ditangani perawat, tanpa pemeriksaan langsung dari dokter.

Perlakuan diskriminatif juga ia alami. Makanannya ditempatkan dalam wadah sekali pakai, berbeda dengan pasien lain. Statusnya sebagai transpuan ODHIV membuatnya rentan terhadap perlakuan tersebut.

Setelah sembuh, Yulaiha berjuang mengakses terapi ARV. Pengobatan ARV saat itu belum mudah diakses dan minim pemantauan, menyebabkannya mengalami anemia parah dan harus dirawat di ICU.

Berbeda dengan pengalamannya di masa lalu, Yulaiha kini merasakan perbedaan signifikan. Lima tahun terakhir, ia mengakses ARV dan layanan kesehatan lainnya di Puskesmas Gedongtengen.

Transformasi Puskesmas Gedongtengen: Layanan Ramah ODHIV

Puskesmas Gedongtengen sejak 2006 telah merintis layanan kesehatan primer yang ramah ODHIV. Dr. Tri Kusumo Bawono, Kepala Puskesmas Gedongtengen, menjadi inisiator utama.

Mereka membentuk tim statis dan tim mobile klinik untuk menjangkau kelompok berisiko yang seringkali enggan datang ke fasilitas kesehatan karena stigma.

Jadwal pelayanan diperluas hingga pukul 17.00 untuk mengakomodasi ritme hidup kelompok sasaran. Sistem “One Stop Service” juga dikembangkan untuk mempercepat proses pendaftaran dan pemeriksaan.

Layanan ini mencakup pemeriksaan HIV, ARV, dan pemeriksaan kesehatan umum lainnya. Layanan kesehatan mental dan psikolog juga tersedia secara gratis.

Konsep “PERADA” (Pelayanan Ramah ODHIV) diluncurkan secara formal, dan telah direplikasi ke puskesmas lain di DIY.

Pada 2024, seluruh puskesmas di DIY mampu memberikan layanan HIV, menandai pencapaian penting dalam akses layanan kesehatan yang inklusif.

Dukungan Pendamping Sebaya dan Kolaborasi Lintas Sektor

Kolaborasi dengan pendamping sebaya juga menjadi kunci keberhasilan Puskesmas Gedongtengen. Pendamping sebaya, seringkali sesama ODHIV, memberikan dukungan dan bantuan.

Pendampingan ini penting bagi pasien baru yang mungkin kesulitan menerima diagnosis atau menghadapi stigma. Novi dan Hendri, sebagai contoh, aktif mendampingi ODHIV di puskesmas.

Hendri, dari Yayasan Victory Plus Yogyakarta, membantu pendaftaran dan pengantaran pasien ke puskesmas. Ia juga mendampingi ODHIV dalam mengakses berbagai layanan kesehatan.

Dukungan ini menciptakan rasa nyaman dan aman bagi ODHIV untuk mengakses layanan kesehatan.

Meskipun sudah terjadi kemajuan signifikan, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti akses layanan kesehatan mental dan penyakit tidak menular (PTM).

Puskesmas Gedongtengen menjadi contoh nyata bagaimana layanan kesehatan yang ramah dan inklusif dapat mengatasi stigma dan meningkatkan akses bagi kelompok rentan.

Keberhasilan Puskesmas Gedongtengen menunjukkan bahwa dengan pendekatan humanis, kolaborasi lintas sektor, dan komitmen dari petugas kesehatan, stigma dapat diatasi dan akses layanan kesehatan yang berkualitas dapat terwujud bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang atau kondisi kesehatan mereka. Perluasan model ini ke seluruh Indonesia akan sangat krusial untuk mencapai penuntasan epidemi HIV/AIDS pada tahun 2030.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button