Berita

Program MBG Bermasalah: Ahli Gizi Ungkap Kejanggalan Tanpa Pelatihan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah sejumlah kasus keracunan massal terjadi di berbagai daerah. Kejadian ini mengungkap sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan program yang seharusnya memberikan makanan bergizi bagi anak-anak. Kritik tajam pun dilayangkan terhadap sistem pengawasan dan pelatihan yang dinilai sangat kurang memadai.

Ahli gizi terkemuka, dr. Tan Shot Yen, turut menyoroti permasalahan ini. Beliau mengungkapkan keprihatinan atas kurangnya persiapan dan pengawasan dalam pelaksanaan program MBG.

Pelatihan Terlambat dan Sistem Pengawasan yang Lemah

Dr. Tan Shot Yen mengungkapkan keheranannya atas fakta bahwa pelatihan bagi petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) baru diberikan setelah kasus keracunan massal terjadi. Pelatihan yang dilakukan di Jawa Barat dan Serang, misalnya, baru dilakukan setelah program MBG menuai kontroversi.

Hal ini menunjukkan adanya ketidaksiapan sistemik dalam program MBG. Kurangnya pelatihan dasar bagi para petugas SPPG, yang bertugas menyiapkan dan mendistribusikan makanan, menjadi faktor utama penyebab masalah ini.

Meskipun Badan Gizi Nasional (BGN) telah menyediakan buku panduan teknis, tanpa adanya sistem monitoring, supervisi, dan evaluasi yang ketat di lapangan, panduan tersebut menjadi tidak efektif. Dr. Tan menekankan pentingnya pengawasan langsung dan berkelanjutan untuk memastikan penerapan standar operasional prosedur yang benar.

Uji Coba yang Tidak Memadai

Uji coba program MBG sebelum peluncuran resmi pada 6 Januari 2025 juga dinilai kurang memadai oleh dr. Tan Shot Yen. Uji coba yang dilakukan terkesan hanya seremonial dan dihadiri banyak pejabat, tanpa memperhatikan proses di lapangan secara detail.

Uji coba yang seharusnya menyeluruh, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi makanan, justru diabaikan. Hal ini menyebabkan kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah sebelum program diterapkan secara luas. Proses uji coba yang ideal seharusnya dilakukan di setiap titik distribusi MBG, memastikan setiap tahapan mengikuti standar operasional yang telah ditetapkan.

Solusi Jangka Pendek dan Panjang untuk Program MBG

Menanggapi situasi darurat ini, dr. Tan Shot Yen menyarankan agar pemerintah menghentikan sementara program MBG untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Langkah ini dinilai penting untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak akibat keracunan makanan.

Sebagai solusi jangka pendek, hanya SPPG yang telah menjalankan tata kelola yang baik yang diizinkan melanjutkan program. SPPG lain yang belum terlatih harus mengikuti pelatihan yang komprehensif sebelum kembali terlibat dalam program MBG. Kerjasama dan pelatihan bersama menjadi kunci untuk memperbaiki sistem.

Sebagai alternatif jangka panjang, dr. Tan mengusulkan pemanfaatan kantin sekolah untuk menyediakan makanan bergizi bagi siswa. Pengelola kantin sekolah dinilai lebih memahami kebutuhan dan selera anak-anak, serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang rantai keselamatan pangan. Mereka juga lebih dekat dengan komunitas sekolah sehingga pengawasan bisa dilakukan lebih efektif.

Pemanfaatan kantin sekolah menawarkan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan, menghindari potensi masalah yang mungkin timbul akibat sistem yang terpusat dan kurang terawasi seperti yang terjadi pada program MBG saat ini. Hal ini membutuhkan kerjasama yang baik antara sekolah, pemerintah daerah, dan para ahli gizi untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan yang disajikan.

Program MBG seharusnya memberikan manfaat positif bagi anak-anak, namun masalah keracunan ini menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang, pengawasan yang ketat, serta pelatihan yang memadai. Semoga evaluasi menyeluruh ini dapat menghasilkan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk memastikan program serupa di masa depan berjalan aman dan sesuai tujuan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button