Misteri Chromebook Kejagung: Kasus Besar Terbongkar?

Kejaksaan Agung (Kejagung) sedang menyelidiki dugaan korupsi dalam Program Digitalisasi Pendidikan, khususnya pengadaan laptop Chromebook di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) periode 2019-2022. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Harli Siregar, menyatakan ditemukan indikasi pemufakatan jahat. Penyidik menemukan pengarahan khusus agar tim teknis membuat kajian pengadaan laptop dengan dalih teknologi pendidikan.
Kajian tersebut, menurut Harli Siregar, menciptakan skenario seolah-olah dibutuhkan laptop berbasis sistem Chrome, yaitu Chromebook. Kasus ini menimbulkan pertanyaan penting: apa sebenarnya Chromebook itu, dan mengapa pengadaannya menjadi sorotan?
Chromebook adalah laptop buatan Google yang menggunakan sistem operasi ChromeOS. Sistem ini dirancang untuk mengandalkan aplikasi web dan penyimpanan cloud. Google sendiri menyatakan dalam laman resminya, “Chromebook adalah laptop yang dapat Anda gunakan untuk hampir semua hal, mulai dari produktivitas dan kreativitas hingga gaming dan hiburan. Baik Anda seorang pelajar maupun profesional, Chromebook cocok untuk semua tugas sehari-hari Anda.” Namun, ketergantungannya pada internet dan layanan cloud menjadi poin krusial.
Berbeda dengan laptop tradisional, Chromebook sangat bergantung pada koneksi internet yang stabil. Aplikasi dan data utama disimpan secara online, bukan lokal. Spesifikasi hardware-nya pun biasanya lebih rendah, sehingga harganya lebih terjangkau dan perangkatnya lebih ringan. Keuntungan lainnya, menurut Lenovo, adalah waktu booting dan shutdown yang cepat berkat ChromeOS yang ringan.
Chromebook juga menawarkan pembaruan otomatis dari Google, memastikan keamanan dan fitur terbaru selalu terpasang. Harga terjangkau dan daya tahan baterai yang lama menjadi daya tarik bagi pelajar dan pengguna yang membutuhkan perangkat portabel untuk tugas komputasi dasar. Aspek keamanan juga menjadi keunggulan Chromebook, karena Chrome OS menggunakan beberapa lapisan keamanan seperti sandboxing dan pembaruan otomatis untuk melindungi dari malware.
Data pengguna juga dienkripsi dan disimpan aman di cloud, meminimalkan risiko kehilangan data akibat kerusakan perangkat keras atau pencurian. Namun, ketergantungan pada internet dan cloud juga dapat menjadi kelemahan, terutama di daerah dengan akses internet terbatas atau tidak stabil. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam konteks program digitalisasi pendidikan di Indonesia yang memiliki cakupan wilayah yang luas dan beragam infrastruktur.
Respons Nadiem Makarim
Mantan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, menanggapi dugaan korupsi tersebut. Ia menjelaskan pengadaan TIK, termasuk laptop, merupakan upaya mitigasi dampak pandemi Covid-19 terhadap proses belajar mengajar. “Kemendikbudristek harus melakukan mitigasi dengan secepat dan seefektif mungkin agar bahaya learning loss atau hilangnya pembelajaran bisa kita tekan,” ujar Nadiem dalam konferensi pers.
Nadiem menyebutkan Kemendikbudristek mengadaan 1,1 juta unit laptop, modem 3G, dan proyektor untuk lebih dari 77 ribu sekolah dalam empat tahun. Perangkat tersebut, menurutnya, mendukung pembelajaran jarak jauh, peningkatan kompetensi guru, dan pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Ia juga mengklaim setiap kebijakannya dibuat dengan azas transparansi, keadilan, dan itikad baik.
Namun, pernyataan Nadiem ini perlu dikaji lebih lanjut dalam konteks penyelidikan Kejagung. Apakah proses pengadaan telah sesuai prosedur dan transparan? Apakah terdapat potensi penyimpangan dana atau kerugian negara? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab secara tuntas melalui proses hukum yang adil dan transparan.
Kasus ini menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, terutama dalam proyek berskala besar seperti program digitalisasi pendidikan. Kejadian ini juga menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah untuk meningkatkan pengawasan dan pencegahan korupsi agar program-program penting dapat berjalan efektif dan efisien demi kepentingan masyarakat.
Selain itu, perlu dikaji lebih lanjut apakah pilihan Chromebook sebagai perangkat utama sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta kondisi infrastruktur di seluruh Indonesia. Studi kelayakan yang komprehensif dan perencanaan yang matang sangat penting dalam pelaksanaan proyek-proyek besar seperti ini untuk menghindari potensi penyimpangan dan memastikan efektivitas program.