Ketegangan Israel-Iran Memuncak, Putin Waspadai Perang Dunia III
Ketegangan geopolitik global meningkat tajam menyusul serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu, 22 Juni. Serangan ini memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik antara Israel dan Iran, yang berpotensi memicu konflik berskala lebih besar.
Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah forum ekonomi internasional di St. Petersburg, sebelumnya telah menyatakan kekhawatirannya mengenai potensi konflik global yang semakin meningkat. Pernyataan ini disampaikan beberapa hari sebelum serangan AS terhadap Iran, menunjukkan adanya indikasi ketegangan yang sudah tercium sebelumnya.
Putin secara khusus menyoroti perang antara Rusia dan Ukraina, serta potensi konflik antara Israel dan Iran. Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas keberadaan para ahli nuklir Rusia yang bekerja di fasilitas nuklir Iran, yang meningkatkan risiko konflik langsung dengan Rusia.
Serangan AS yang menghancurkan fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan menggunakan bom GBU-57 dari pesawat pengebom siluman B-2, semakin memperparah situasi. Tindakan ini diinterpretasikan sebagai eskalasi yang signifikan dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara AS dan Iran.
“Ini amat mengganggu. Saya bicara tanpa ironi, tanpa lelucon. Tentu saja ada banyak potensi konflik dan itu terus berkembang. Potensi itu ada di depan mata kita dan berdampak langsung pada kita,” tegas Putin menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan pecahnya Perang Dunia III. Ia menekankan perlunya kewaspadaan dan pencarian solusi damai.
Serangan AS terhadap Iran, dan potensi balasan dari Iran dan sekutunya, meningkatkan risiko konflik yang meluas. Pakar keamanan dan pertahanan dari Universitas Buckingham, Anthony Glees, bahkan menyebut konfrontasi antara Iran dan Israel sebagai “cetak biru” Perang Dunia III.
Glees menjabarkan dua skenario yang dapat menyeret negara-negara Eropa ke dalam konflik. Pertama, Iran melancarkan serangan yang lebih kuat dengan dukungan dari proksi-proksinya seperti Hizbullah, Houthi, dan Hamas. Kedua, negara-negara seperti Rusia, Korea Utara, dan China, melihat kelemahan AS dan mengambil kesempatan untuk mengejar ambisi mereka di Ukraina, Korea Selatan, dan Taiwan.
Menurut Glees, serangan Israel terhadap Iran memberikan gambaran mengenai potensi konflik serupa yang dapat terjadi di Eropa. Peristiwa ini menekankan betapa rapuhnya perdamaian global dan seberapa cepat situasi dapat berubah menjadi konflik berskala besar.
Situasi saat ini membutuhkan diplomasi dan de-eskalasi yang cermat. Ketegangan antara AS dan Iran, ditambah dengan konflik Rusia-Ukraina, menciptakan lingkungan geopolitik yang sangat tidak stabil dan rawan konflik lebih lanjut. Perlunya kerjasama internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi damai sangat penting.
Ancaman penggunaan senjata nuklir, baik dari Iran maupun negara lain, semakin menambah kompleksitas dan bahaya situasi ini. Ketidakpastian dan potensi konsekuensi yang mengerikan membuat situasi ini sangat mengkhawatirkan bagi keamanan global.
Peran negara-negara besar dalam menjaga stabilitas regional dan global sangat krusial. Diplomasi yang efektif dan upaya membangun kepercayaan antara pihak-pihak yang berkonflik menjadi kunci untuk mencegah pecahnya konflik skala besar dan menjaga perdamaian dunia.



