Kecepatan Jalan: Rahasia Panjang Umur & Otak Sehat?

Kecepatan berjalan, sekilas tampak sepele, ternyata menyimpan informasi berharga tentang kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan. Studi menunjukkan korelasi antara kecepatan berjalan yang lambat dengan ukuran otak yang lebih kecil dan perbedaan struktur otak yang signifikan.
Bukan hanya sekedar ukuran kecepatan berpindah dari titik A ke B, kecepatan berjalan menjadi indikator kapasitas fungsional seseorang. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan menjaga kemandirian pun dipengaruhi oleh kecepatan berjalan.
Kecepatan Berjalan: Indikator Kesehatan yang Tak Terduga
Penurunan kecepatan berjalan yang tiba-tiba bisa menjadi tanda masalah kesehatan serius. Menurut Christina Dieli-Conwright, profesor kedokteran di Harvard Medical School, penurunan kecepatan berjalan seringkali terkait dengan penurunan kesehatan yang mendasarinya.
Studi menunjukkan kecepatan berjalan dapat memprediksi risiko perawatan rumah sakit, serangan jantung, bahkan kematian. Ini menjadikannya alat skrining yang sederhana namun efektif untuk kesehatan jangka panjang.
Mengukur Kecepatan Berjalan: Cara Sederhana dan Akurat
Mengukur kecepatan berjalan bisa dilakukan dengan mudah. Siapkan stopwatch dan pita pengukur untuk mengukur jarak tempuh dalam waktu tertentu.
Ada dua metode umum: tes 10 meter untuk ruang luas dan tes 4 meter untuk ruang terbatas. Aplikasi kebugaran seperti Walkmeter, MapMyWalk, Strava, dan Google Fit juga bisa dimanfaatkan.
Kecepatan berjalan terbukti menjadi prediktor penting harapan hidup, terutama pada lansia. Sebuah studi di University of Pittsburgh melibatkan lebih dari 34.000 orang dewasa.
Studi tersebut menunjukkan perbedaan signifikan harapan hidup antara pria dengan kecepatan berjalan tercepat dan terlambat di usia 75 tahun. Walaupun terlihat sederhana, berjalan melibatkan banyak sistem tubuh yang bekerja bersama.
Aktivitas Sederhana, Dampak Luar Biasa bagi Kesehatan Otak dan Tubuh
Berjalan kaki melibatkan banyak sistem tubuh yang bekerja secara sinkron. Seiring usia, fungsi sistem ini melambat, dan kecepatan berjalan yang lebih lambat dapat merefleksikan penurunan fungsi tersebut.
Studi tahun 2019 di Duke University melibatkan 904 orang berusia 45 tahun. Studi ini menemukan kecepatan berjalan dapat memprediksi laju penuaan otak dan tubuh.
Peserta berusia 45 tahun dengan kecepatan berjalan lambat menunjukkan tanda-tanda penuaan dini. Kondisi paru-paru, gigi, dan sistem kekebalan tubuh mereka lebih buruk daripada mereka yang berjalan lebih cepat.
Selain itu, mereka juga menunjukkan tanda-tanda penuaan kognitif. Skor IQ, tes memori, kecepatan pemrosesan informasi, dan fungsi kognitif lainnya lebih rendah.
Hasil Pemindaian MRI: Bukti Visual Penuaan Dini
Pemindaian MRI menunjukkan perubahan otak pada peserta dengan kecepatan berjalan lambat. Mereka memiliki otak lebih kecil dan neokorteks yang lebih tipis.
Neokorteks merupakan lapisan terluar otak yang berperan penting dalam pemikiran dan pemrosesan informasi tingkat tinggi. Mereka juga memiliki lebih banyak materi putih di otak.
Menariknya, wajah peserta dengan kecepatan berjalan lambat dinilai menua lebih cepat. Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan tubuh dan otak mereka menua lebih cepat.
Perbedaan kesehatan ini bahkan terdeteksi sejak usia dini. Kecepatan berjalan di usia 45 tahun dapat diprediksi dari tes kecerdasan, bahasa, dan keterampilan motorik di usia 3 tahun.
Temuan ini mengejutkan para peneliti. Kecepatan berjalan tak hanya sebagai tanda penuaan, tetapi juga cerminan kesehatan otak sepanjang hidup.
Kesimpulannya, kecepatan berjalan merupakan indikator kesehatan yang sederhana namun ampuh. Memelihara kecepatan berjalan yang baik dapat menjadi upaya proaktif menjaga kesehatan otak dan tubuh di usia muda maupun tua. Perhatikan kecepatan berjalan Anda, dan konsultasikan dengan dokter jika terjadi penurunan yang signifikan.