Israel Geser Fokus: Gaza Setelah Tensi Iran Mereda

Setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel tercapai, fokus militer Israel bergeser kembali ke Jalur Gaza untuk melanjutkan operasi melawan Hamas. Kantor HAM PBB, di sisi lain, menuding Israel bertanggung jawab atas kematian ratusan warga sipil Gaza, terutama dalam insiden di lokasi pendistribusian bantuan kemanusiaan. Situasi ini menimbulkan keprihatinan serius terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Ketegangan yang sempat memuncak antara Israel dan Iran telah mereda setelah negosiasi intensif. Pernyataan resmi dari kedua belah pihak mengkonfirmasi gencatan senjata, namun tetap menyisakan potensi konflik di masa depan jika kesepakatan dilanggar. Kondisi ini menghadirkan tantangan ganda bagi Israel yang harus menyeimbangkan operasi militer di Gaza dengan kewaspadaan terhadap Iran.
Israel Kembali Fokus ke Gaza Pasca Gencatan Senjata dengan Iran
Letnan Jenderal Eyal Zamir, Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel, menegaskan bahwa prioritas militer kini kembali tertuju pada pemberantasan Hamas dan pembebasan sandera di Gaza. Meskipun gencatan senjata dengan Iran telah dicapai, konflik tersebut belum sepenuhnya berakhir. Netanyahu, Perdana Menteri Israel, menyatakan keputusan untuk tidak melanjutkan serangan ke Iran setelah berdiskusi dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berperan penting dalam perundingan gencatan senjata tersebut.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memberikan peringatan keras. Ia menekankan bahwa Iran akan kembali melancarkan serangan jika Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati. Pernyataan ini menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian yang terjalin dan betapa tingginya risiko eskalasi konflik di masa depan.
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Korban Jiwa Meningkat di Lokasi Distribusi Bantuan
Kantor HAM PBB melaporkan lebih dari 410 warga Gaza tewas sejak akhir Mei. Para korban tewas dalam insiden penembakan oleh militer Israel saat berusaha mengakses bantuan makanan di lokasi distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF). GHF sendiri ditunjuk oleh Israel sebagai penyalur utama bantuan setelah blokade bantuan kemanusiaan berlangsung hampir tiga bulan.
Situasi ini dinilai sebagai pelanggaran berat hukum internasional oleh juru bicara HAM PBB, Thameen Al-Kheetan. Ia menggambarkan warga Gaza dihadapkan pada pilihan mengerikan: kelaparan atau ditembak saat mencoba mendapatkan makanan. PBB telah mengkonfirmasi sebagian besar korban tewas akibat tindakan militer Israel, meskipun ada kelompok bersenjata di sekitar area distribusi.
Respons Berbeda Mengenai Insiden Penembakan di Gaza
Data korban jiwa yang disampaikan oleh berbagai pihak berbeda-beda. Sumber dari badan pertahanan sipil Gaza yang dikelola Hamas melaporkan angka yang lebih tinggi. Sementara Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total korban tewas mencapai 516 jiwa dan hampir 3.800 orang luka-luka. Angka yang tinggi ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak insiden tersebut bagi penduduk Gaza.
Militer Israel mengklaim bahwa kerumunan warga berada di dekat posisi pasukan di koridor Netzarim. Namun, banyak organisasi kemanusiaan dan lembaga PBB menolak kerja sama dengan GHF karena menilai lembaga tersebut sarat dengan kepentingan militer Israel. Israel membantah tuduhan kejahatan perang dan menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil. Hamas pun membantah tuduhan tersebut. Perbedaan narasi ini semakin mempersulit upaya pencarian kebenaran dan pertanggungjawaban atas insiden tersebut.
Situasi di Gaza pasca gencatan senjata Israel-Iran tetap mencemaskan. Meskipun konflik berskala besar dengan Iran telah mereda, krisis kemanusiaan di Gaza semakin memprihatinkan. Ketegangan antara Israel dan Hamas, serta perbedaan narasi mengenai insiden penembakan di lokasi distribusi bantuan, menunjukkan perlunya solusi jangka panjang yang komprehensif untuk menyelesaikan konflik dan memastikan perlindungan warga sipil. Peran PBB dan komunitas internasional sangat krusial dalam mengawasi situasi dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat tersalurkan dengan aman dan efektif.