Haidar Alwi: 5 Strategi Ekonomi Indonesia Menuju 2045
Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R. Haidar Alwi, baru-baru ini memaparkan pandangannya tentang masa depan ekonomi Indonesia menjelang peringatan 78 tahun kemerdekaan. Menurutnya, perayaan kemerdekaan bukan hanya seremonial, melainkan momentum untuk meredefinisi strategi pembangunan ekonomi yang berlandaskan kekuatan domestik.
Haidar Alwi menganalisis perubahan peta kekuatan ekonomi global. Dominasi Amerika Serikat selama lebih dari lima dekade mulai tertantang oleh Tiongkok yang, sejak 2017, menunjukkan peningkatan kekuatan ekonomi secara signifikan. Kenaikan Tiongkok dipercepat pasca pandemi COVID-19, terlihat dari kemajuannya di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, militer, dan sistem pembayaran global melalui inisiatif BRICS.
Pergeseran Strategi Ekonomi Global dan Peluang Indonesia
Persaingan AS-Tiongkok bukan sekadar perebutan pangsa pasar, tetapi juga benturan dua sistem ideologi. Indonesia, menurut Haidar Alwi, harus mengambil peran aktif dalam menentukan arah masa depan dunia, bukan hanya menjadi penonton pasif.
Strategi pelemahan dolar AS, menurut Haidar Alwi, bukan tanda kelemahan, melainkan strategi untuk menghidupkan kembali industri dalam negeri yang tertekan oleh persaingan produk murah dari Tiongkok. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk membangun fondasi ekonomi baru yang lebih kuat dan mandiri.
Amerika sebelumnya mencoba menghidupkan kembali ekonominya melalui pendekatan militer, seperti serangan terhadap Iran pada masa pemerintahan Trump. Namun, strategi ini justru mendapat kecaman internasional dan domestik, menunjukkan bahwa pendekatan ekonomi yang kompetitif kini lebih efektif daripada kekuatan militer.
Lima Strategi Membangun Ekonomi Indonesia yang Mandiri
Haidar Alwi mengusulkan lima strategi untuk memperkuat ekonomi Indonesia:
- Dana Pembangunan Berbasis Komoditas Strategis: Memanfaatkan kekayaan alam seperti emas dan nikel sebagai dasar pembiayaan infrastruktur dan ketahanan energi. Komoditas bukan hanya sumber devisa, tetapi juga alat untuk meraih kedaulatan ekonomi.
- Pasar Inovasi Nasional: Memberikan akses pembiayaan inovasi berbasis valuasi kekayaan intelektual. Para penemu dan kreator dapat memperoleh dana tanpa bergantung pada utang, dengan cara menjual nilai gagasan mereka secara adil dan transparan.
- Koperasi Digital untuk Kepemilikan Tambang dan Industri Hilir: Memberdayakan rakyat melalui koperasi digital dalam kepemilikan industri. Rakyat tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pemilik aset negara.
- Rupiah Digital Lokal: Mengembangkan sistem pembayaran digital lokal berbasis rupiah untuk UMKM, desa, dan pasar tradisional, guna mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan global.
- Pembaruan Kurikulum Ekonomi di Sekolah Menengah: Membekali generasi muda dengan pemahaman ekonomi strategis sejak dini, meliputi geopolitik, industri, dan kebijakan fiskal.
Nasionalisme Ekonomi: Tindakan, Bukan Sekadar Slogan
Haidar Alwi menekankan pentingnya nasionalisme ekonomi sebagai tindakan nyata, bukan hanya slogan. Hal ini tercermin dalam pendanaan riset dalam negeri, pembelian produk lokal, dan pembangunan sistem ekonomi yang adil dan berani.
Indonesia memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan secara maksimal, termasuk PDB yang mendekati Rp24.000 triliun, populasi usia produktif yang besar, cadangan nikel terbesar dunia, serta posisi strategis di jalur perdagangan internasional. Namun, semua ini perlu dikelola dengan bijak dan berdaulat.
Usia 80 tahun kemerdekaan bukanlah akhir perjalanan, tetapi titik balik. Indonesia harus berani mengambil langkah untuk mandiri secara ekonomi, bukan hanya mengandalkan belas kasihan dunia, tetapi atas kekuatan, kerja keras, dan kebijakan yang pro-rakyat. Dengan strategi yang tepat dan komitmen bersama, Indonesia berpeluang menjadi poros ekonomi baru di dunia.



