Editorial

Bhutan Gunakan Bitcoin: Biaya Kesehatan & Gaji ASN Meningkat

Kerajaan Bhutan secara diam-diam telah mengurangi kepemilikan Bitcoin-nya secara signifikan. Pemerintah Bhutan, melalui Druk Holding and Investments (DHI), menjual 2.584 Bitcoin (BTC) dalam kurun waktu 40 hari. Penjualan ini berdampak pada penurunan cadangan Bitcoin negara tersebut hingga hampir USD 248 juta (sekitar Rp 4,08 triliun dengan kurs Rp 16.476 per dolar AS).

Data dari Arkham Intelligence pada 24 Maret 2025 menunjukkan Bhutan memiliki 10.070 BTC, menempatkannya sebagai pemilik Bitcoin terbesar keempat dunia. Namun, setelah penjualan tersebut, cadangan Bitcoin Bhutan kini berkurang menjadi 7.486 BTC, senilai sekitar USD 720 juta.

Penjualan Bitcoin Bhutan: Dana untuk Kesejahteraan Rakyat

Semua Bitcoin yang dijual dikirim ke dompet digital yang tidak diketahui identitasnya. Hal ini memicu spekulasi mengenai tujuan dan penerima penjualan tersebut.

Baik pemerintah Bhutan maupun DHI belum memberikan pernyataan resmi terkait penjualan Bitcoin ini. Namun, Perdana Menteri Bhutan, Tshering Tobgay, sebelumnya telah menyatakan bahwa hasil penjualan Bitcoin akan digunakan untuk mendanai program kesehatan nasional dan penyesuaian gaji pegawai negeri sipil.

Langkah ini menunjukkan komitmen Bhutan untuk mengalokasikan aset digitalnya guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berbeda dengan negara lain yang membeli Bitcoin di pasar terbuka, Bhutan mendapatkan seluruh cadangan Bitcoinnya melalui penambangan.

Bhutan: Tetap di Lima Besar Negara Pemilik Bitcoin Terbesar

Meskipun menjual sebagian besar cadangan Bitcoin-nya, Bhutan tetap berada di peringkat lima besar negara dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia. Posisi ini masih di atas El Salvador yang saat ini memiliki 6.166 BTC.

Berikut daftar lima besar negara dengan cadangan Bitcoin terbesar berdasarkan data terkini:

  • Amerika Serikat: 198.012 BTC
  • Inggris: 61.245 BTC
  • Korea Utara (melalui kelompok Lazarus): 8.358 BTC
  • Bhutan: 7.486 BTC
  • El Salvador: 6.166 BTC

Menariknya, Inggris, sebagai salah satu negara dengan cadangan Bitcoin terbesar, tidak menjadikan kepemilikan BTC sebagai bagian dari strategi ekonomi jangka panjangnya.

Analisis Strategi Investasi Bhutan dan Implikasinya

Keputusan Bhutan untuk menjual sebagian Bitcoin-nya menandakan pendekatan yang pragmatis terhadap investasi aset digital. Bukannya berpegang teguh pada investasi jangka panjang, Bhutan memilih untuk memanfaatkan aset tersebut untuk kepentingan pembangunan domestik yang lebih mendesak.

Strategi ini berbeda dengan negara-negara lain yang cenderung menjadikan Bitcoin sebagai aset lindung nilai atau bagian dari strategi ekonomi jangka panjang. Keputusan Bhutan ini menjadi studi kasus menarik mengenai bagaimana sebuah negara dapat memanfaatkan aset digital untuk tujuan pembangunan sosial ekonomi.

Meskipun terdapat ketidakjelasan terkait tujuan akhir dari penjualan Bitcoin ini, langkah Bhutan menunjukkan bagaimana aset kripto dapat menjadi instrumen yang fleksibel untuk mendukung program-program pemerintah. Hal ini tentunya akan memicu diskusi lebih lanjut mengenai pemanfaatan aset digital oleh negara-negara lain di masa mendatang.

Perlu diingat bahwa setiap keputusan investasi memiliki risiko. Informasi di atas bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas dan tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi investasi. Lakukan riset dan pertimbangkan dengan matang sebelum melakukan investasi apapun di pasar kripto.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button